Kawan, ia kini benar-benar telah pergi
bersama dengan lelaki yang –ternyata- sekian lama
telah melukis bulir-bulir asmara di hatinya
lelaki yang jejaknya ia sembunyikan dengan rapat
di balik semua yang ia berikan kepadaku
lelaki yang sejatinya memang telah seringkali mengisi malam-malamnya
bahkan ketika ia asyik bercengkrama denganku
lelaki yang juga pernah membuatnya seakan tak mengenalku
pada Jumat kelabu hampir setahun yang lalu
waktu sudut jantung kota ini meledak untuk kesekian kalinya
membuatku was-was dan khawatir, mirip pahlawan kesiangan
ia yang kutahu memang tengah bersemayam di belantara sana
tentu saja tengah bersama dengannya
Kawan....,
malam ini
sebelum ia menuju puncak segalanya
menggapai purnama yang membuat mukanya merah pasi
menikmati kebersamaan
yang tak berbatas perih, sakit, nikmat dan indahnya
kami masih sempat bertegur sapa
ia masih tetap seperti yang dulu, seperti hampir setahun yang lalu
ketika ia baru menyapaku
ia santun, lembut dan bersahaja
Kau tahu kawan....
ia juga berjanji
suatu saat akan membawakan mawar buatku
yang ia petik dari taman paling indah yang dimilikinya
kupinta untuk memetiknya dari taman yang sama dengan ia keluar darinya
meski menurutnya sudah tidak berbunga lagi
sebab semuanya sudah ada yang memetiknya
Kawan...
usah kau tanya pedih perihku
aku benar-benar tak merasakannya –lagi-
meski beribu rasa menderuku
aku tahu ia tetaplah akan seperti itu
dan aku tahu, aku tidak keliru
Utan Kayu 28 Maret 2010
No comments:
Post a Comment