Dikutip dari Kompas, edisi Ahad, 24 Januari 2010
Tulisan ini juga saya posting di milis Komunitas Tangan Diatas (tangandiatas@yahogoups.com)
Arifin Panigoro, pendiri Medco Group, dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Kuasai Teknologi, Bangun Ekonomi, Tegakkan Martabat Bangsa” saat menerima gelar doktor kehormatan (honoris causa) dalam bidang tekhnopreunership dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu 23 Januari 2010, secara khusus mengetahkan filosofinya dalam berbisnis. Filosofi tersebut merupakan prinsip mendasar dalam menjalankan bisnis beliau, yang kesemuanya berjumlah sembilan poin, yaitu;
1. Intuisi, memadukan kata hati dan akal sehat.
2. Kesetaraan, bersikap adil (meski) pada lawan sekalipun.
3. Kejujuran, jujur itu langgeng.
4. Percaya diri, (yakinkan diri, pengaruhi orang lain).
5. Jejaring, satu juta kawan kurang, satu lawan jangan.
6. Tanggung jawab, tunaikan kewajiban, hadapi persoalan.
7. Sumber daya manusia, pilih yang terbaik dan berdayakan.
8. Inovasi (berkarya tanpa jeda), serta
9. Peduli (menumbuhkan enterpreunership).
Dari kesembilan prinsip bisnis yang beliau peroleh dari proses belajar panjang tersebut, ternyata delapan prinsip diantaranya berkaitan dengan karakter, Cuma satu prinsip yang berkaitan dengan kompetensi.
Pada kesempatan tersebut beliau juga menyampaikan bahwa; “Dalam menegakkan prinsip-prinsip tersebut, saya bisa memahami pernyataan Ken Blanchard, ‘Kalau Anda selalu dihadapkan pada pilihan yang mudah, Anda tidak akan pernah membangun karakter.’ Begitulah yang saya alami dalam mengelola dan mengembangkan Medco Group. Ketika prahara krisis keuangan melanda Indonesia tahun 1997, tak ayal perusahaan yang saya pimpin ini terbelit utang besar akibat nilai tukar rupiah merosot tajam dan kesulitan likuiditas,”.
Pada saat itulah, karakter pengusaha, yaitu prinsip tanggung jawab yang beliau pelajari dari almarhum ayah beliau yang pengusaha, (salah satunya bahwa pengusaha harus bisa membayar utang dengan konsekuensi apapun) menjadi relevan. Berkat prinsip itulah, awal 2005, mayoritas saham perusahaannya bisa beliau kuasai kembali.
“Saya berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang, berbisnis yang didasari prinsip-prinsip yang baik, yang secara umum sering disebut berbisnis dengan berpegang teguh pada etika, adalah jaminan utama bagi terselenggaranya kegiatan bisnis dan tercapainya tujuan bisnis yang membawa kemaslahatan bagi masyarakat luas,” ujar beliau.
Tulisan ini juga saya posting di milis Komunitas Tangan Diatas (tangandiatas@yahogoups.com)
Arifin Panigoro, pendiri Medco Group, dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Kuasai Teknologi, Bangun Ekonomi, Tegakkan Martabat Bangsa” saat menerima gelar doktor kehormatan (honoris causa) dalam bidang tekhnopreunership dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu 23 Januari 2010, secara khusus mengetahkan filosofinya dalam berbisnis. Filosofi tersebut merupakan prinsip mendasar dalam menjalankan bisnis beliau, yang kesemuanya berjumlah sembilan poin, yaitu;
1. Intuisi, memadukan kata hati dan akal sehat.
2. Kesetaraan, bersikap adil (meski) pada lawan sekalipun.
3. Kejujuran, jujur itu langgeng.
4. Percaya diri, (yakinkan diri, pengaruhi orang lain).
5. Jejaring, satu juta kawan kurang, satu lawan jangan.
6. Tanggung jawab, tunaikan kewajiban, hadapi persoalan.
7. Sumber daya manusia, pilih yang terbaik dan berdayakan.
8. Inovasi (berkarya tanpa jeda), serta
9. Peduli (menumbuhkan enterpreunership).
Dari kesembilan prinsip bisnis yang beliau peroleh dari proses belajar panjang tersebut, ternyata delapan prinsip diantaranya berkaitan dengan karakter, Cuma satu prinsip yang berkaitan dengan kompetensi.
Pada kesempatan tersebut beliau juga menyampaikan bahwa; “Dalam menegakkan prinsip-prinsip tersebut, saya bisa memahami pernyataan Ken Blanchard, ‘Kalau Anda selalu dihadapkan pada pilihan yang mudah, Anda tidak akan pernah membangun karakter.’ Begitulah yang saya alami dalam mengelola dan mengembangkan Medco Group. Ketika prahara krisis keuangan melanda Indonesia tahun 1997, tak ayal perusahaan yang saya pimpin ini terbelit utang besar akibat nilai tukar rupiah merosot tajam dan kesulitan likuiditas,”.
Pada saat itulah, karakter pengusaha, yaitu prinsip tanggung jawab yang beliau pelajari dari almarhum ayah beliau yang pengusaha, (salah satunya bahwa pengusaha harus bisa membayar utang dengan konsekuensi apapun) menjadi relevan. Berkat prinsip itulah, awal 2005, mayoritas saham perusahaannya bisa beliau kuasai kembali.
“Saya berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang, berbisnis yang didasari prinsip-prinsip yang baik, yang secara umum sering disebut berbisnis dengan berpegang teguh pada etika, adalah jaminan utama bagi terselenggaranya kegiatan bisnis dan tercapainya tujuan bisnis yang membawa kemaslahatan bagi masyarakat luas,” ujar beliau.
No comments:
Post a Comment