Friday, May 22, 2009

Mengenang 400 Tahun Pengusiran Muslim Spanyol

Sekitar 80 akademisi dari Spanyol, Tunisia, Aljazair, Maroko, Prancis, dan beberapa negara lainnya berdiskusi dalam sebuah forum internasional tentang umat Islam yang secara kolektif diasingkan dari Granada 400 tahun lalu.

Pada 1492, setelah jatuhnya Kota Granada-Andalusia, sebagian besar umat Islam diasingkan dari bumi Islam, Andalusia (Spanyol). Sementara itu sisanya dipaksa masuk agama Kristen. Tidak cukup dengan hal demikian, umat Islam pun mengalami siksaan yang memilukan setiap tahunnya, yaitu dibakar hidup-hidup.

Saat ini, banyak umat Islam Spanyol yang menyadari bahwa leluhur mereka merupakan muslim Andalusia.

9 April 2009 lalu genap sudah 400 tahun terjadinya salah satu gerakan pengusiran terbesar sepanjang sejarah, yang mengeluarkan muslim Andalus yang telah hidup di bumi tumpah darahnya selama 8 abad, sekaligus juga membangun peradaban Islam yang gemilang dan menjadi salah satu peradaban yang paling penting.

Para sejarawan memperkirakan jumlah umat Islam yang diusir ada sekitar 250 ribu--350 ribu jiwa. Hal itu mengindikasikan bahwa sebagian mereka pergi ke pantai utara Maroko dan sisanya pergi ke Tunisia.

Seorang penulis kenamaan Spanyol Juan Guytesillo menyatakan peristiwa tersebut sebagai pengusiran sekaligus pemusnahan etnis dan agama yang pertama kali terjadi di Eropa.

Penulis Spanyol lainnya, Emilio Paistorius mengatakan bahwa pengusiran bangsa Moor (muslim) dari Andalusia merupakan kejahatan terbesar kedua. Sedangkan kejahatan terbesar yang pertama adalah pencurian buku-buku milik kaum muslimin oleh Ratu Isabella, yang kemudian dibakar di depan pintu gerbang ar-Raml (Bab al-Raml), Granada, kecuali buku-buku kedokteran Islam.

Islam bercokol di semenanjung Iberia (Andalusia, kini Spanyol, Portugal dan Andorra) selama kurang lebih 8 abad (8--16 M). Selama rentan waktu itu pula, Islam mampu menyulap semenanjung yang semula daerah pinggiran itu menjadi salah satu pusat peradaban dunia dan sentral ilmu pengetahuan sejagat. Ribuan cendikiawan, jutaan jilid buku, dan ratusan bangunan bersejarah Arab-Islami mengabadikan kisah kegemilangan peradaban Islam di bumi Andalusia itu.

Dan dari Islam-Andalusia pula, bangsa Eropa (kembali) mengenal ilmu pengetahuan hingga akhirnya mengilhami abad pencerahan, aufklarung, renaissance, dan kebangkitan di benua itu.

Transmisi ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang beralur dari Andalusia ke kota-kota Eropa lainnya. Filsuf Inggris abad pertengahan Roger Bacon menyatakan, kebangkitan Eropa sangat berhutang kepada peradaban Islam Andalusia. (wb/L2-AGS, Kairo)

Tuesday, May 12, 2009

Bahroum : Paus Mengekalkan Penjajahan Zionis

Hamas menyatakan, bahwa kunjungan Paus Benedict XVI ke Israel, khususnya sesudah terjadinya pembantaian di Gaza, yang menyebabkan terbunuhnya anak-anak, wanita, dan orang tua, dan hancurnya bangunan, dan kunjungan itu hanyalah mengekalkan penjajah dan kebiadan Zionis-Israel. Pernytaan keras kepada Paus itu, disampaikan oleh juru bicara Hamas, Fauzi Bahroum, di kota Gaza.

Menurut Bahroum, pernyataan Paus, yang mendukung adanya solusi yang ditawarkan Obama, tentang ide dua negara : Palestina dan Israel, adalah sebuah ‘surprise’, dan itu berarti menyetujui pengekalan terhadap penjajahan, yang sudah berlangsung selama lebih dari 60 tahun, yang dilakukan oleh rezim Zionis-Israel. Dukungan terhadap ide dua negara itu, justru menurut Bahroum, hanya akan mengekalkan sebuah entitas politik yang bernama Israel, yang akan terus menerus menjajah, dan menerapkan sistem yang sangat rasis.

Pemerintah Zionis-Israel secara sistematis menggerogoti tanah-tanah yang menjadi milik warga Palestina, di Jerusalem dan Tepi Barat, dan melakukan proses yahudisasi kota Jerusalem, dan mengusir penduduk setempat, serta para penduduk Arab itu, sebagai penduduk illegal. Anehnya, Paus menjad pura-pura ‘bodoh’, terhadap tindakan yang dilakukan Zionis Israel, yang menghancurkan rumah yang menjadi milik penduduk Arab-Palestina di Jerusalem dan Tapi Barat.

Paus Benedicth XVI, justru secara terang-terangan, ketika bertemu dengan para pemimpin Zionis-Israel, menyatakan rasa simpatinya terhadap keluarga korban penculikan Kopral Gilad Shalid, yang diculik oleh Hamas. Tapi, dari mulut Paus tidak sedikitpun keluar ucapan simpati terhadap 12.000 warga Palestina,yang sekarang ini berada di penjara-penjara Israel, dan umumnya mengalami kondisi yang buruk, dan sangat menyedihkan.

Kelompok Gerakan Jihad Islam, di Tepi Barat, memberikan komentarnya atas kunjungan Paus ke Israel, dan pernyataan yang menyatakan simpatinya kepada keluarga Gilad Shalid, sebagai tindakan yang membutakan mata atas holocaust yang dilakukan oleh Zionis-Israel, selama mereka melakukan kejahatannya di Gaza, di bulan Januari lalu.

Mengapa Paus tidak mau melihat,bagaimana kodisi umat Islam dan Kristen, yang dihancurkan oleh Zionis-Israel, baik di Jerusalem maupun di Tepi Barat, tapi justru nampaknya Paus ingin lebih mengambil hati para pemimpin Israel, dan mengabaikan keadilan bagi rakyat Palestina yang ditindas dan dihancurkan oleh Israel. (m/pic)